Jumat, 14 Januari 2011

Julita teman dewasaku

Dari cerita dewasa terbaru 2011. Dari aku orang setengah gila buat kalian para pembaca yang double gilanya.. Salah satu hobiku adalah fitness. Yah.. untuk olahraga lah, menjaga stamina. Sempat benar-benar menggilai fitness sampai 6 hari dalam 1 minggu aku ke Gym. Semua serba fitness. Aku mau makan, aku ingat fitness (jadi gak berani makan). Aku mau mandi, aku ingat fitness (enak lho mandi habis fitness). Aku mau tidur, aku ingat Kanya. Alah.. kanya kan partner fitness yang luar biasa. Wajar donk aku ingat beliau.

Beli majalah-majalah fitness, beli susu hi protein hi price, dan akhirnya punya banyak teman baru yang hobi tereak-tereak “uuughh.. aaaaghhh.. hosh.. hoshh.. hh…”

“Pelan-pelan aja kenapa, boss.. sampe segitunya tereaknya!” kataku pada si Gemboss temenku.
“Ini sedang membayangkan Josh.. membayangkan aku tubuh impian! … Hosh.. hhh… aaarrrggghh..”
advertisement

Aku pergi dengan bergidik ngeri karena samara-samar aku halusinasi si Gemboss tereaknya “Josh…. Josh.. owh.. Josh…aaargghhh”

Hari minggu itu, aku aku fitness di sebuah Gym baru yang dekat dengan rumah. Dan aku surprised karena Gym-nya sepiii sekali. Wow.. Cuma ada 3 makhluk Tuhan. Yang satu paling sexi.. (akulah.. bukan Ahmad Dhani), lalu paling jelek si Gemboss dan satunya Cewek. Hm.. tingginya sih kupikir tidak sampai 160, chubby, pake kaos sporty dan lagi lari lari kepayahan di atas treadmill.
Aku kemudian latihan dada yg alatnya di depan si cewek. Kami saling memandang sebentar, i give her smile and she give me hug.. (ngayal.. gak gitulah). Sama-sama tersenyum karena kita harus saling menghargai orang lain supaya gak salah tingkah kalau dianya senyum kitanya cuek ntar dia merasa mendapatkan perlakuan tidak senonoh dimuka umum.
Kalau Gemboss berisik banget, aku kebalikannya. Nyaris tanpa suara. Silent mode, eh.. vibrate only. Konsentrasi menghitung repetisinya.

Aku ke tempat fitness sering bawa buku atau majalah petunjuk cara fitness. Males ngapalinnya. Mending baca gambarnya dan praktekin.
Setelah 1 jam, aku merasa cukup. Gak mau over trained. duduk-duduk aja sambil minum.
“kak.. “ ada suara memanggilku. Wow.. gemboss suaranya kayak cewek? Ah, gak mungkin lah si Gemboss.. oh my Gosh.. pasti si cewek..

“eh.. iya? “ aku menoleh.
Wow! ternyata beneran gemboss pura-pura jadi cewek. Anjrit!

“hihihi.. aku pulang dulu yah!” katanya sambil menepuk bahuku.
“samperin tuh cewek.. dari tadi matanya liat-liat kamu tuh..” bisiknya.
“iya iya.. pulang sana! “ jawabku sambil mengacungkan jari tengah.

Mengacungkan jari tengah kita ke teman artinya kalau di amerika “kamu cakep!” jadi.. sering2 lah berlatih dan membiasakan diri mengacungkan jari tengah. Terutama kalau sedang ke amerika.

Nyamperin cewek? Waduh.. terus terang aku bukan tipe itu. Sering gak punya nyali.. parah kan? Hehe.. so, aku cuek aja dan malah liat teve.

“wah.. tinggal kita berdua nih.. makin sepi aja ya kak..” tiba-tiba tuh cewek gak bisu lagi. Akubelum sempat jawab. Masih mikir mau ngomong apa.

“kakak sering fitness disini?” tanyanya. Wah.. ramah nih cewek.

“hm.. aku..” masih telat juga akujawabnya.

“kalau sering, kita sama-sama aja kak.. aku sering sendirian disini.. lebih enak ada temannya..” wah.. bocor ternyata ni anak..

“hehe…” aku Cuma bisa ngekek.

“kok senyum doang sih kak? jawab napa… ?” gubrak. Aku jadi ngebayangin gimana kalo ciuman ma di cewek ya.. palingan aku diserbu abis-abisan tanpa sempat bernafas. Wow.. boleh juga tuh. Aku suka banget cewe agresif.

“jelek lu.. “ komen akusingkat padat menyakitkan.

“hah? Hihihi.. kakak lucu.. diem2 eh tiba2 nyeletuknya gitu..” dia malah ketiwi.

Trus dia nyamperin gue, ulurin tangannya, ngajak kenalan.

“Julita.. “ jelek yang imut.

“Josh… “ jawabku. Ni anak seru nih kayaknya pikirku.

Kamipun mulai ngobrol dan kebetulan banget rumah kami berdekatan. Dia mahasiswi yang mengontrak rumah karena orang tuanya di luar kota.

“tit tit.. titit lu titit lu…” ada suara ring tone hp. Si Julita dapet telpon. Gak lama kemudian dia cemberut-cemberut dan mulai ngomel-ngomel ditelepon. Habis itu dia menutup hape nya dengan kasar dan maksa duduk disebelahku.

“huh.. cowok brengsek.. “
“kenapa? Cowokmu?”
“iya.. gak bisa jemput. Dia tuh hobi pelihara anjing.. dan hari ini ada lomba anjing.. tadi katanya bisa jemput. Eh, sekarang batalin. Sebel.. sebel…!”

“owh.. jadi kamu mau ke tempat cowokmu lomba mirip anjing nih? Aku antar deh…”
“yee.. iya kali! Lama-lama udah kayak anjing! Rambutnya coklat, panjang, dikuncir lagi! “
“haha.. jago dunk doggy style nya.. “ gumamku pelan. Gak mau Julita dengar.
“ngomong apa tadi..? “ Tanya Julita.
“ah gak.. lupain” jawabku. ‘adowww…” aku dicubit keras ama Julita.
“apa? Tadi ngomong apaaa? “ rengeknya. Aku menatap matanya. Menggerakkan wajahku mendekati wajahnya.
“kamu jelek…” bisikku. Eh, julita ikut mendekatkan wajahnya..
“kamu lebih jelek…” balasnya.
“kita sama2 jelek…” aku makin mendekatkan wajahku. Nafasnya terasa di wajahku. Kesempatan nih…

Kami saling memandang beberapa detik. Aku masih bimbang mau menciumnya atau tidak. Jangan-jangan cowoknya tentara. Jangan2 cowoknya drop out IPDN karena suka menyiksa. Hii.. lebih bahaya lagi kalo cowoknya biseks.

“hihihi… hmm.. dasar cowok!“ Julita mendorong tubuhku. Dia berdiri. Aku bengong. Lamunan ku tiba2 hancur begitu saja.
“yuk antar aku pulang.. “ katanya menarik tanganku untuk berdiri. Refleks aku mencoba memeluknya. Dengan halus julita menepis tanganku. Duh..

“kakak jangan gitu ah.. “ katanya pelan. Balik badan dan menuju ruang ganti wanita.
Aku tertawa garing saat dia melangkah keluar. Ni anak mau ngerjain aku? Dengan langkah lambat aku Nekat masuk ke ruang ganti wanita.

Ada beberapa loker dan bilik-bilik tanpa pintu, tapi ada penutup kainnya. Ada salah satu bilik yang tertutup. Sepertinya Julita disini. Aku nekat membukanya…

Yap! Julita sedang telanjang dada menghadap ke arahku! Mungkin dia sedang berganti pakaian.

Payudaranya mungkin sekitar 36a. agak mungil, tapi menantang. Bentuknya bagus. Putingnya menonjol coklat kemerahan. Hrrr… darahku berdesir melihat pemandangan indah itu.

“Kak.. kok masuk kesini sih? Kulaporin penjaga lho ntar!” tegurnya. Untung dia tidak berteriak.
Aku melangkah masuk. Menutup tirai, menghampirinya. Tetapi Julita mendorongku mundur.

“Jangan…! “ katanya pelan dan tegas. Aku sedikit shock. Tidak menduga sama sekali. Mundur, lalu keluar dari ruangan itu. Tatapan matanya cukup untuk menghentikan semua niatku.
Beberapa menit kemudian kami sudah sama-sama di mobilku. Menuju rumahnya. Sepanjang jalan aku cenderung diam. Agak kacau. Antara horni dan shock karena ditolak.
“Silakan masuk Kak.. ini rumah kontrakanku.. “ kata Julita waktu kami tiba di rumahnya. Rumah mungil tipe 36. Sangat bersih tetapi tidak rapi. Agak berantakan menurutku cara mengatur rumahnya.

“aku mandi dulu ya.. keringatan nih…” Julita melangkah masuk ke kamar mandi. Aku membiarkannya masuk dan tak lama kemudian kudengar suara air pertanda Julita mulai mandi.

Tak lama kemudian Julita keluar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“kak.. aku gak suka dengan sikap kakak tadi… kok berani masuk ke ruang ganti..”
“maaf Julita.. aku salah. “ jawabku pasrah.
“ayo tanggung jawab..” Julita duduk di kursi. Kata-katanya mengejutkanku.
“tanggung jawab gimana?” tanyaku.
“buka baju! “ perintahnya pendek, tegas. Matanya menatap mataku tajam. Wah.. jangan-jangan sadomasochist nih.. males banget aku. Aku buka bajuku. Lalu celanaku.

“lho lho.. kok celana juga?” Julita sekarang yang shock. Rasain lu!

“ sekarang kamu.. buka kaosmu!” aku menyuruhnya tegas. Mata kami saling menatap lagi. Jantungku mulai berdegup lebih kencang. Julita tersenyum. Dia berjalan mendekatiku. Aku mencoba memeluknya dan.. berhasil.
Kami berpelukan. Aku meraih kepalanya dengan tanganku, mendekatkan bibirku ke hidungnya. Aku mulai mengulum hidungnya… memasukkan lidahku ke lobang hidungnya.
Tangan Julita menjalar di punggungku. Mengusap dan merabanya lembut. Darahku bergejolak. I love it!
Tanganku ikut menerobos kebalik bajunya. Meraba dan memberinya sentuhan lembut.

“Josh…” bisik Julita. Tangannya meraba penisku dari luar. Aku masih memakai celana dalamku. Juniorku menggeliat bangun dari tidurnya.
“wah.. bangun dedekmu..” julita tertawa kecil. Renyah. Suaranya renyah seperti penyiar radio.
“iyah.. kamu seksi Jul..” bisikku sambil mulai mencium telinganya. Julita bergidik geli.
“Uugh.. nakal..” rengeknya. Aku menggigit kecil telinganya.
“Josh.. ntar aku pengen gimana nih..?” Julita mulai mencoba memasukkan jarinya ke celana dalamku.
“wah.. apesmu.. aku lagi gak pengen..” bisikku. Aku menyapukan lidahku ke tengkuknya. Slrrp… Julita melenguh panjang. Tangannya mendadak menerobos cepat masuk ke celana dalamku dan mulai menarik celana ku turun.
“Shake it..” pintaku. Julita menurutinya. Dia mengocok penisku perlahan. Kuakui, kocokannya jago.
“good…” bisikku. Aku mulai meraba punggungnya, mencari kait bra-nya dan melepasnya..
“kiss me.. Josh.. hardly!” Julita meminta aku menciumnya dengan ganas.
“as you wish, babeh.. “ aku melahap bibirnya. Julita tiba-tiba dengan sangat ganas memainkan lidahnya. Gila.. benar-benar seperti dugaanku sebelumnya. Dia seperti singa betina kehausan. Aku sampe terdorong mundur dan kami terjerembab ke lantai. Don’t try at home! Lantai ternyata keras teman-teman!!
Refleks aku menarik lepas kaosnya, dan dalam waktu singkat kami telanjang bulat bergumul di lantai rumahnya.
Seru.. liar… keras.. basahh… nikmat…
“aku belum mandi nih..” bisikku.
“bullshit! Bau lo enak sekali Josh… bikin gue mau bunuh lo dengan kenikmatan!”

Julita menciumiku dengan buas. Menelusuri perutku dan kemudian melahap penisku. Shit! Oral seksnya luar biasa enak. Aku bisa muncrat sebelum ML nih..
“Stop Julita.. aku gak tahan..” teriakku. Julita gak peduli. Penisku dimasukkan penuh ke tenggorokannya. Disedotnya dengan keras. Uughhh aku bertahan sekuat tenaga. Mencoba melihat isi rumahnya. Berusaha tidak menikmati oral seksnya. Its work! Aku lebih rileks dan bisa bertahan lebih lama.
“wow.. bonekamu lucu-lucu ya.. “ Julita mencubit keras perutku dan memasukkan jari tengahnya ke mulutku.
Tapi oral berikutnya dari Julita lebih dashyat lagi. Aku sampai terkagum-kagum dengan tekniknya. Variasinya. Wah.. aku benar-benar gak kuat lagi.
Srrrttt… srrrt…. Crottt… spermaku muncrat dalam mulut Julita.
Julita melepas penisku dan memuntahkan spermaku ke perutku. Mengelapnya dengan tangannya dan mengoleskannya ke wajahku!

“makan nih spermamu…!” ejek Julita. Aku jelas menghindar. Males lah..

Aku membalikkan tubuhnya dang anti mengoralnya.. Kalau oral aku sudah sangat-sangat menguasi tekniknya. Aku tahu jelas letak g-spot. Tahu bagaimana memperlakukannya.
“Gila Josh… lo apain memek gueeee?? “ teriak Julita. Tiba-tiba julita melepaskan diri. Dia berdiri dan seperti tidak mau aku oral.
“stop.. stop.. gila lo! “
“hahaha.. kenapa Jul?” tanyaku.
“di kamar aja yuk… lebih enak…” Julita berlari kecil menuju kamarnya.

Kamarnya cukup luas.. mungkin hampir 5×6 meter.

“Sini sayang… “ panggil Julita. Kakinya mengangkang memberiku kesempatan.

Kali ini aku memandangi dulu tubuhnya. Sangat indah.. bulu-bulu tipis di vaginanya sungguh seksi. Payudaranya yang tegak menantang. Bibirnya yang penuh dan merah segar. Matanya yang nakal. Rambutnya yang tergerai panjang.
Huh… aku benar-benar beruntung hari ini.

Aku menindihnya. Mencumbu bibirnya.. telinganya, lehernya, tengkuknya.. membalikkan badannya, mencumbu punggungnya.. pantatnya… membalikkan badannya lagi.. menjilat perutnya.. sesekali menghalangi tangan Julita yang hendak menjambak rambutku.
“ugh.. geli.. Josh..”

Aku makin turun dan mulai menyentuh klitorisnya.

“josh!” julita tersentak keenakan.

Aku menjilatinya lagi. Memberinya sejuta kenikmatan. Dua juta.. tiga juta. Lanjutin sendiri.. ehmm… bego juga tapi kalo lo nurutin gue.

Jilat, lick, jilat, lick.. sama aja sih. Bilingual.. ? intinya, aku main-main. You know lah.. lick is art… oral itu butuh teknik. Kalau bisa lepas dulu gigimu. Lebih enak.

Julita mengerang-erang tak karuan.

“Joshhh… enaaaakkk… enaak… aduh…. Kamu apain tuh…. Gilaaa!!”

Ni orang bego.. udah tahu lagi di oral dia nanya diapain. Lebih bego, kalo gue jawab, gue gak bisa oral dia donk. Bego parah.

“Josh.., dikit lagi.. dikit lagi.. owhh.. owh…” aku makin semangat.

“Damn.. f*ck me! f*ck me now!” Julita teriak-teriak. Sepertinya dia sudah orgasme. Aku mencari-cari dompetku, mengambil kondom dan memasangkan ke penisku yang sudah tegak lagi.

Tapi aku tidak buru-buru menusuknya. Aku menjilatinya lagi. Kali ini ke liang nikmatnya. Jariku ikut bermain. Menuju g-spotnya..

“Awhh.. f*ck! Josh, enak sekali disitu! Gila.. gue belum pernah! “

Aku menghisap vaginanya. Memasukkan lidahku. Bergantian dengan jari-jariku.

“Josh… ngggg…. Udah.. udah.. masukin aja Josh.. cukup… gue gak tahan lagi!”

Aku juga udah merasa inilah waktunya. Aku mulai memeluknya dan Perlahan menindihnya.. dan memasukkan penisku ke memek nya yang sudah basah kuyup.

“Yess.. f*ck me Josh.. f*ck me! “ teriak Julita.

“Ok babeh.. I’m coming.. let’s play! Lets plaaaayy!!”

Kami bercinta. Penisku tegak sekeras-kerasnya. Menyodok dengan gagah liang kenikmatan Julita.

Sambil menyodok-nyodok, menusuk-nusuk, kami bercumbu. Saling membelitkan lidah.. saling menghisap dan menggigit.

Tubuh kami bergoyang dengan tempo yang selaras. Maju.. mundur.. naik.. turun..

Nafas kami mulai memburu. Suaranya makin keras dan akhirnya mulai saling mendesah keras.

Tak lama, Julita membalikkan badan dan menindihku. Dia diatas. Aku seperti kuda yang ditungganginya. Tubuhnya cantik sekali. Kulit kecoklatan bersih.

Jujur, Julita tidak jago diatas. Tapi itu tidak masalah. Malah membuat permainan kami jauh lebih lama. Aku melirik jam sekilas. Sudah mendekati 1 jam. Fitness benar-benar membantu staminaku.

“Ugh ugh…” “Ah ah.. damn.. uenak… “ kami sama2 meracau.

“hehe hehe.. iya Josh.. enak.. enyaaakkk… “

Payudaranya ikut bergetar-getar seakan-akan berayun-ayun naik turun. Tanganku sesekali memilin-milin putingnya..

“Josh.. doggy dunk… my favourite ever…” Julita langsung nungging. Aku menggelitik lubang anusnya.

“bukan situ Josh.. “
“iya iya aku tahu..”

Bless.. penis ku menusuknya lagi. Slep slep slep… slep slep slep… mantap.

“ok.. pelan ya Josh.. aku mau menikmati tiap sodokanmu.. sedalam yang kamu bisa Josh..”

Slep slep slep…

Slep slep slep.. nikmat… luar biasa nikmat…

“josh… aku sukaaaa.., nikmat sekali…!!! “

“Josh… jadi cowokku aja kamu… Josh… “

Julita lama-lama makin kacau omongannya.

“anjing.. enak banget jadi anjing! “ teriaknya..

Gila ni anak.. begitu dia evolusi jadi anjing, pasti gue ikat di rumah daripada kawin mulu ama anjing sebelah rumah. Dan ingat, gue gak bakal nge***tin anjing!

“Sinting lu.. udah jelek, sinting!” komenku.

“josh.. sekarang aku mau lebih keras Josh… ayo Josh.. f*ck me..”

“Argh argh.. argh Yes! Josh f*ck me harder… lebih keras lagi.. lebih cepat lagi Josh……. “ suara Julita sudah mirip merengek mau menangis.

“ok baby… shhh… “ aku menggenjotnya lebih keras. Aku melihat batang penisku keluar masuk menusuk Julita. Pantatnya indah.. membusung penuh.

Aku menepuk-nepuk pantatnya.. pakkk!! Pakk!

“gila lu Josh… tapi kayaknya lebih enak kalau kamu pukulnya lebih keras deh..”

Pakk!!! “adowww” Julita tereak.

“adowh… terlalu keras, shit! Huahahahaha..”

“ups.. sori… ada cap jariku nih di pantatmu…”

kami berpacu lagi.. kadang aku mengambil nafas. Istirahat sebentar. Minum.. lalu memasukkan penisku lagi.

Slep slep.. slep slep…

“argh… argh…”

“Josh.. aku mau nyampe lagi nih..” teriaknya.

“iya.. aku cepetin yah.. biar aku juga nyampe…”

“iyaaaa… “ slep slep slep slep…..

Kami udah lebih banyak diam saat itu.. benar-benar berlomba mencapai puncak kenikmatan. Gila… suara penisku masuk ke liang nikmatnya sudah berubah menjadi cepak cepok cepak cepok.. cek cek cek… benar-benar seperti main air.. basaah…

Tak lama kemudian aku merasakan hampir menuju orgasmeku.

“Josh… aku puasssssssshhh….” Teriak Julita. Julita mau roboh. Dia orgasme. Aku menahan tubuhnya. Aku hampir sampai… cepat-cepat memompanya.. sekuat yang aku bisa.. secepat yang aku bisa… then… croott…. Srr srhh… spermaku muncrat. Penisku terkedut-kedut nikmat. Aku memejamkan mata.

Lezatnya Julita.. nikmatnya memeknya…

Kami sama-sama terkulai pingsan. Eh, gak lah. Terkulai lemas, benar-benar fitness yang menyenangkan.

Kami berciuman lagi…saling menatap. Tersenyum.. menjulurkan lidah, saling mengejek.

“jelek lu…” kata-kata kami hampir bersamaan keluarnya.

“Jul.. pilih cowok jantan atau cowok baek hati?”

“hm.. dua-duanya? “

“gak boleh… pilih salah satu..”

“hm.. baek hati. Seks bukan yang utama buatku Josh..”

TAMAT